Search

Satu Lagi Fasilitas Nuklir Ukraina Rusak Usai Diserang Rusia



Kiev - Badan Energi Atom Internasional (IAEA) melaporkan satu lagi fasilitas nuklir di Ukraina mengalami kerusakan usai dilanda serangan artileri Rusia. Namun ditegaskan sejauh ini tidak ada 'konsekuensi radiologi' dalam kerusakan itu.

Seperti dilansir AFP, Selasa (8/3/2022), IAEA menyatakan pihaknya menerima sejumlah laporan yang menyebut serangan artileri memicu kerusakan pada fasilitas penelitian nuklir di Kharkiv, kota terbesar kedua di Ukraina yang digempur pasukan Rusia.


Badan pengawas nuklir Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) yang berkantor di Wina, Austria tersebut, mengatakan bahwa otoritas Ukraina melaporkan serangan terhadap fasilitas nuklir di Kharkiv pada Minggu (6/3) waktu setempat. IAEA menyatakan sejauh ini tidak ada peningkatan level radiasi yang dilaporkan di fasilitas tersebut.


Lebih lanjut, IAEA menyebut bahwa karena 'persediaan material radioaktif sangat rendah' di fasilitas itu dan disimpan dalam kondisi 'subkritis' maka 'kerusakan yang dilaporkan tidak akan memiliki konsekuensi radiologi'.


Fasilitas itu merupakan bagian dari Institut Fisika dan Teknologi Kharkiv, institut penelitian yang memproduksi material radioaktif untuk kegunaan medis dan industri.


Institut nuklir tersebut juga berada di pusat teori konspirasi yang beredar secara online dan klaim tidak berdasar di media Rusia yang menuduh Ukraina berupaya mengembangkan 'dirty bomb' -- senjata nuklir mentah yang mampu menyebabkan korban massal.


Disebutkan juga oleh IAEA bahwa komunikasi terputus dengan sebuah fasilitas nuklir kecil di kota Mariupol -- yang dikepung pasukan Rusia. Sementara itu, kerusakan juga dilaporkan terjadi fasilitas limbah radioaktif di dekat Kiev dan pasukan Rusia telah menyerang dan menguasai pembangkit nuklir Zaporizhzhia.


IAEA telah mendesak Ukraina dan Rusia untuk menyepakati rencana melindungi fasilitas-fasilitas nuklir selama perang berlanjut. "Kita telah mengalami sejumlah episode yang membahayakan keselamatan di situs-situs nuklir Ukraina," ucap Direktur Jenderal IAEA Rafael Mariano Grossi.


Pages